Tim Shank, Ph.D., Associate Scientist, Woods Hole Oceanographic Institution
Pada tahun 1977, para ilmuwan yang menyelidiki dasar laut di sepanjang alur laut Galápagos memperoleh penemuan yang mengguncangkan fundamental biologi. Mereka menemukan oase fauna yang tumbuh berkembang di kedalaman yang pekat dan tidak tembus cahaya matahari di sekitar rekahan hidrotermal. Fauna ini tidak berkembang biak dari foto sintesis melainkan melalui mikroba panas tinggi yang dihasil gunung berapi dibawah laut. Mereka mendapatkan makanan dan energi dari cairan kaya zat kimia yang dihasilkan oleh proses vulkanik di pegunungan tengah-laut, jajaran gunung bawah laut sepanjang 50.000 mil (80.000 kilometer) yang mengelilingi dunia dan menandai tepi lempeng tektonik Bumi.
Sejak temuan ini, lebih dari 200 sumber airpanas dan 600 ratus spesies terkait telah ditemukan dan sama seperti di darat, populasi fauna tertentu ber-evolusi di wilayah yang berbeda-beda di laut dalam.
Dewasa ini kita sudah mengenali enam wilayah dasar laut utama—dinamakan provinsi biogeografi yang dihuni oleh sekumpulan spesies fauna tertentu seperti cacing tabung yang secara endemik banyak ditemukan di laut Pasifik Timur. Kemudian dua provinsi di Atlantik Utara yang dihuni berbagai spesies udang dan kerang yang mendominasi rekahan laut dalam dan laut dangkal di bagian utara. Provinsi keempat berlokasi di timur laut Pasifik, di lepas pantai barat laut AS yang dihuni oleh spesies (kerang, dan beberapa jenis udang khas dan cacing tabung) yang mirip dengan yang menghuni bagian timur Pasifik, tetapi masing-masing dari spesies yang berbeda. Di seberang lautan di bagian barat Pasifik, rekahan hidrotermal dihuni oleh teritip, kerang, dan siput yang tidak terlihat di timur Pasifik ataupun di Atlantik. Pencarian rekahan di Samudra Hindia Tengah pada tahun 2001 menemukan provinsi keenam. Rekahan-rekahan ini didominasi udang jenis Atlantik, tetapi juga dihuni oleh siput dan teritip yang serupa dengan yang terdapat di Pasifik barat.
Para pakar biologi evolusi mengumpulkan petunjuk serta memilah-milah peristiwa dan fenomena untuk merekonstruksi proses yang menghasilkan pola yang kita lihat sekarang ini. Faktor yang diduga adalah:
Faktor-faktor tersebutlah yang membawa kami ke lautan Indonesia. Mengapa kami tertarik? Ada beberapa pemikiran yang sudah lama diusulkan, yang berusaha melukiskan pola biogeografi yang teramati di wilayah ini yaitu antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Secara historis, garis biogeografi yang menunjukkan pergeseran besar dalam sebaran spesies ini sebagian besar didasarkan pada sebaran mamalia (hewan pengerat) dan burung, serta informasi tentang zaman es. Permukaan laut lebih rendah hingga 120 m pada beberapa zaman es terakhir. Menurut sejarah, Asia dan Australia pada dasarnya dipersatukan oleh landas benua dangkal yang saling terhubung, tetapi laut-dalam di sekitarnya merupakan penghalang yang menyebabkan flora dan fauna Australia terpisahkan dari flora dan fauna Asia.
Laut-dalam yang belum dijelajahi di kawasan ini dapat mengungkapkan cerita yang berbeda dengan yang menjelaskan keragaman dan biogeografi Segitiga Terumbu Karang dan sistem pegunungan tengah-laut di Bumi.
Apakah ada garis Wallace di laut-dalam? Apakah keanekaragaman hayati di laut-dalam sama tingginya dengan di laut-dangkal di wilayah itu? Apakah fauna rekahan hidrotermal di Pegunungan Laut Sangihe adalah spesies yang sama dengan yang menghuni lepas pantai New Guinea atau Samudera Hindia Tengah? Apakah mereka itu bentuk kehidupan yang benar-benar baru yang belum kita temukan sehingga menjadi teka-teki biogeografi dan evolusi global? Yang pasti, penjelajahan keanekaragaman- hayati dan biogeografi laut-dalam oleh misi INDEKS-SATAL dapat menghasilkan informasi yang benar-benar baru dan belum diketahui yang dapat menjawab berbagai pertanyaan ini dan mencari informasi baru.