by Jeremy Potter, Expedition Coordinator, NOAA Office of Ocean Exploration and Research
INDEKS-SATAL 2010 akan menjadi event pertama dalam serangkaian kerja sama Indonesia-AS. Ekspedisi untuk mengeksplorasi laut, dan membantu meningkatkan pengetahuan kita, penggunaan dan perlindungan laut serta sumber dayanya. Kerja sama ekspedisi tahun ini akan diadakan dengan menggunakan dua kapal yakni Kapal dari NOAA Okeanos Explorer dan kapal riset Indonesia, Baruna Jaya IV.
Bulan Juni hingga Agustus 2010, sekelompok ilmuwan dan teknisi internasional baik dikapal dan dipantai akan melakukan penyelidikan eksplorasi pada keragaman dan distribusi habitat laut dalam dan kehidupan laut di perairan Indonesia. Mereka akan fokus pada aspek air dan lingkungan laut yang belum terjamah melalui ekspedisi yang disebut INDEX SATAL – singkatan dari Indonesia Expedition – Sangihe-Talaud - dua rantai pulau yang membentang di timur laut Sulawesi Utara.
Selama ekspedisi ini berlangsung, ilmuwan Amerika Serikat dan Indonesia akan bekerja berdampingan di atas dua kapal, yakni Okeanos Explorer dan Kapal riset Indonesia, Baruna Jaya IV, dan pada Exploration Command Centres ( ECCs ) atau Pusat Kendali Ekspedisi didarat.
Mulai tanggal 24 bulan Juni, ilmuwan dan teknisi di kapal NOAA Okeanos Explorer akan membuat peta batimetri dari dasar laut dengan menggunakan sonar multibeam, mencirikan kolom air dengan CTD/rosette, dan menggali habitat dasar laut dengan menggunakan Hercules Little ("Little Herc") yakni kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh, remotely – operated vehicle (ROV). Kapal penelitian Indonesia Baruna Jaya IV akan bergabung dengan Okeanos Explorer dimulai pada tanggal 14 Juli, dan akan menggunakan alat pelengkap untuk memetakan dasar laut dan menggunakan teknik sampling tradisional untuk mengumpulkan sampel biologi dan anorganik. Okeanos Exporer tidak memiliki kemampuan sampling oleh karena itu maka peran Baruna Jaya IV dengan kemampuan mengambil sampling menjadikan kedua kapal riset ini saling mendukung . Ekspedisi ini dijadwalkan di Sulawesi Utara, Indonesia pada 20 Juli hingga 10 Agustus 2010.
Okeanos Explorer, kapal NOAA, adalah salah satu tambahan armada baru NOAA dan telah mulai bertugas sejak tahun 2008. Kapal ini menampung lebih dari 46 awak dan teknisi, dan dengan kemampuan alat-alat komunikasi canggih, sebagian besar ilmuwan dapat bekerja di darat. Melalui telepresence, gambar yang diambil langsung dari dasar laut dan data ilmu pengetahuan lainnya akan mengalir dari satelit dan jalur internet berkecepatan tinggi. Semua gambar hidup ini dapat diamati oleh para ilmuwan di Pusat Komeando Ekspedisi atau Expedition Command Center yang berlokasi dikantor Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) di Ancol, Jakarta, Indonesia dan juga dapat diamati di Seattle, Washington. Para ilmuwan dapat langsung berhubungan dengan rekan mereka diatas kapal jika didapati penemuan baru dilaut. Kemampuan tekhologi ini membuat para ilmuwan seolah-olah berada didalam laut.
Salah satu keunggulan teknologi ekspedisi ini adalah tayangan gambar hidup dengan resolusi tinggi atau video high-definition yang diperoleh dari Little Hercules ROV. Ketika dilepas dari Okeanos Explorer "Little Herc" akan menyediakan cuplikan-cuplikan video perdana dari wilayah daerah laut Sangihe Talaud kepada para ilmuwan dan pemirsa didarat. Gambar spektakuler dari habitat laut dalam dapat kita saksikan langsung melalui layar kaca yang ditempatkan di Pusat Kendali Ekspedisi.
Kapal penelitian Indonesia, Baruna Jaya IV adalah salah satu kapal terbaru yang dioperasikan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kapal ini dapat menampung 59 kru, teknisi, dan ilmuwan. Meskipun teknologi tayang jarak jauh tidak tersedia pada Baruna Jaya IV, namun khusus untuk ekspedisi ini BJ IV telah melengkapi dirinya dengan kemampuan ini sehingga mereka dapat berkomunikasi langsung (live) dengan Jakarta, Seattle dan kapal mitra kerjanya Okenos Eksplorer.
Ekspedisi Laut Dalam yang pertama kali dilakukan ini cukup rumit. Apalagi jika hanya dilaksanakan oleh sebuah kapa riset. Oleh karena itu peran kedua kapal ini serta oara ilmuwan dan awak yang menjalankan ekspedisi ini akan sangat memudahan pencapaian misi ekspedisi ini. Kedua pihak akan berkomunikasi langsung setidaknya 14 jam per hari selama ekspedisi berlangsung. Diharapkan ekspedisi perdana yang khas dan istimewa ini akan menyempurnakan paradigma ilmiah tentang laut dalam khususnya sekaligus meningkatkan pemahaman dan penghargaan kita terhadap laut kita.
Ekspedisi ini bersifat ilmiah, maka dari itu maka sangat penting agar para pendidik dan kalangan akademis turut mensosialisasikan ekspedisi ini terutama pada kalangan muda. Ekspedisi ini dapat dijadikan pembelajaran bagi pelajar dan mahasiswa kedua negara serta kesempatan ikut berpetualang bersama kedua kapal riset ini melalui ruang belajar jarak jauh. Para pelajar dan mahasiswa dapat ikut serta membuat karya ilmiah yang dapat ditayangkan pada website ekspedisi ini. Karya ilmiah ini dapat dibuat dari berbagai pandangan tentang laut baik dari segi manfaat maupun tantangannya.
Ekspedisi ini adalah kemitraan antara dua negara besar di Pasifik yaitu Indonesia dan AS dan menggandengn dua instansi kementerian yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan Kementerian NOAA Amerika Seriikat. Instansi lain yang juga sangat erat terlibat adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kedutaan Besar AS di Jakarta, University of Massachusetts, Woods Hole Oceanographic Institution, University of Victoria, University of Hawaii, Exploratorium di San Francisco dan Sea World Indonesia.